Rabu, Juni 25, 2014

Keindahan yang Terpendam Pusat Laut (Pusentasi) Donggala Sulawesi Tengah

keindahan yang terpendam dalam Perairan Pusat Laut (Pusentasi)


Secara administratif  lokasi penelitian khususnya daerah wisata pusentasi masuk dalam wilayah Kecamatan Banawa Tengah Kabupaten Dongggala Propinsi Sulawesi Tengah. Secara geografis Desa Towale berbatasan dengan wilayah sebagai berikut:
1.      Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Limboro
2.      Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Mekar Baru
3.    Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Salubomba
4.      Sebelah Barat berbatasan yang berhadapan langsung dengan Selat Makassar.
Berdasarkan letak geografis, Desa Towale terletak pada dataran rendah yang suhu rata-ratanya 30-320C (Sumber Kantor Desa Towale). Pemerintah daerah kabupaten Donggala menjadikan pusentasi sebagai daerah wisata bahari yang telah di kenal olah masyarakat setempat juga wisatawan, bahwa daerah Pusentasi dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai tempat untuk mencari biota laut seperti menangkap ikan, mencari jenis-jenis Echinodermata yang cocok untuk di komsumsi seperti bulu babi/ Black Sea Urchin (Diadema sitosum),  landak laut/Collector urchin (Tripneustes Sp) dan masih banyak lagi  jenis-jenis Echinodermata yang di ketahui memiliki gizi yang cukup tinggi, selain itu jenis kerang-kerangan seperti kima (Tridacna Sp), Molusca dan masih banyak lagi yang cocok untuk di komsumsi juga di jual untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari masyarakat setempat.
Pusentasi yang letaknya di depan selat Makassar bagian Barat, merupakan suatu karakteristik untuk di katakana bahwa wilayah ini sebagai kawasan pesisir, (Nurdiyanti, 2000), wilayah pesisir dibagi dalam dua batasan utama, yaitu (1) Kearah darat wilayah pesisir meliputi bagian darat, baik kering maupun yang masih di pengaruhi oleh sifat-sifat laut seperti pasang surut, angin laut dan perembesan air asin; (2) Kearah laut wilayah pesisir mencakup bagian laut yang masih di pengaruhi oleh proses-proses alami yang terjadi di darat seperti sedimentasi, aliran air tawar dan pencemaran yang di akibatkan oleh aktifitas manusia.
Lokasi penelitian di bagi menjadi 2 kategori yaitu kategori dangkal dengan kedalaman 3 meter dan kategori kedalaman menengah 10 meter, dimana smuanya di lakukan pengambilan sampel masing-masing kategori sebanyak 4 kali penarikan transek secara horizontal sepanjang 100 meter sejajar dengan garis pantai. Penentuan titik penarikan transek yaitu sebagai berikut
a.       Transek 1 kedalaman 3 meter dan 10 meter yaitu pada daerah tanjung pusentasi yang berbatasan langsung dengan Desa Salubomba ke arah utara pusentasi.
b.      Transek 2 kedalaman 3 meter dan 10 meter yaitu di tarik tepat di depan dermaga wisatawan pusentasi ke arah utara pusentasi.
c.       Transek 3 kedalaman 3 meter dan 10 meter yaitu di tarik tepat di depan pasir putih bagian utara dermaga kearah utara objek wisata pusentasi.
d.      Transek 4 kedalaman 3 meter dan 10 meter yaitu di gelar transek tepat sebelah utara dermaga, dimana ujung transek 100 meter tepat pada tanjung bagian utara objek wisata bahari pusentasi.
Untuk lebih jelas dapat di lihat pada peta di gambar 4 sebagai berikut:
Gambar 4.1. Peta titik pengambilan data presentasi luas tutupan karang Reef Check.

4.1.2        Hasil Pengukuran kondisi fisik kimia perairan Pusentasi
Hasil pengukuran terhadap beberapa faktor fisik kimia lingkungan perairan kawasan wisata Pusentasi pada Bulan Maret 2013 yaitu diantaranya Suhu, pH, Salinitas, kecerahan dan Dimin Oksigen (DO) menunjukan nilai kisaran tertentu. Data hasil pengukuran tersebut terlihat pada table di bawah ini :
No
Parameter
Nilai
1
Suhu (0C)
32
2
Salinitas (ppt)
31,9
3
Kecerahan Vertikal (Meter)
15
4
Kecerahan Horisontal (Meter)
11
5
DO (mg/l)
4,8
Tabel 4.1. Data Pengukuran Kualitas Air Di Perairan Kawasan Wisata Pusentasi
                                                                                
4.1.3        Hasil Pengambilan Data Luas Tutupan Terumbu Karang di perairan wisata pusentasi..

            Perairan Pusentasi memiliki presentasi luas tutupan karang utuk kategori substrat yang sangat rendah yaitu Karang Keras (Hard Coral / HC) pada kedalaman 3 meter  hanya 18,59 %,karang lunak (Soft Coral /SC) 15,93%, Penutupan Algae (Nutrien Indicator Algae/NIA) 3,59%, Spong (SP) 4,06%, karang 1 tahun mati (RKC) 11,71%,Karang hancur (Rubble/RB) 17,5%, Lumpur (Silt/SI) 11,56%, Batu atau Rubble yang tidak terlihat lagi struktur Koralitnya (Rock/RC) 4,21%, Pasir (Sand/SD) 7,65% dan yang lainnya sebagai indikator substrat (Other/OT) 5,15%.
            Persent tutupan substrat di perairan pusentasi untuk karang hidup pada kedalaman 3 meter tergolong dalam kategori sedang karena rata-rata untuk karang hidup hanyalah sekitar 30% - 50% . Sedangkan untuk substrat pada kedalaman 10 meter di perairan pusentasi tergolong dalam kategori sedang persentase luas tutupan dapat di lihat dengan persentasi sebagai berikut di antaranya  Karang Keras (Hard Coral / HC) pada kedalaman 10 meter  hanya 25,78 %,karang lunak (Soft Coral /SC) 16,71%, Penutupan Algae (Nutrien Indicator Algae/NIA) 3,59%, Spong (SP) 4,84%, karang 1 tahun mati (RKC) 15,78%,Karang hancur (Rubble/RB) 10,93%, Lumpur (Silt/SI) 6,31%, Batu atau Rubble yang tidak terlihat lagi struktur Koralitnya (Rock/RC) 2,18%, Pasir (Sand/SD) 3,75% dan yang lainnya sebagai indikator substrat (Other/OT) 9,84%. Perairan pusentasi persentasi substrat yang dalam kategori sedang jika di lihat dari persentasi karang yang hidup baik pada kedalaman 3 meter dan 10 meter.


Grafik 4.2. Hasil perhitungan data Reef Check  Fish Pusentasi Kabupaten Donggala

Perairan Pusentasi dari perhitungan data Reef Check memiliki persentasi ikan sebagai indikator untuk kerusakan terumbu karang yang di akibatkan oleh manusia atau alami sehingga mengakibatkan bertambahnya atau berkurangnya satu atau banyak jenis ikan sebagai indikator, di antaranya ikan yang dijadikan sebagai indikator dalam Reef Check ini yaitu ikan Kupu-kupu (Butterfly fish), ikan Bibir Tebal (Hamulidae), Kakap (Snaepper), Korapu Tikus/Bebek (Baramundi Cod), Kerapu (Grouper), Napoleon (Humhead Wrasse), Kakatua Jambul (Bumphead), Kakatua (Parrotfish) dan Belut Morai (Moray eel). Perairan Pusentasi dengan persentase ikan indikator yang tergolong rendah pada 2 kedalaman yaitu kedalaman 3 meter dan kedalaman 10 meter, di karenakan persentasinya di temukan antara lain yaitu ikan Kupu-kupu (Butterfly fish) 3 meter 35 % dan 10 meter 35,75%, ikan Bibir Tebal (Hamulidae) 3 meter 10,5% dan 10 meter 1,5%, Kakap (Snaepper) 3 meter 17,5% dankedalaman 10 meter 20,5%, Korapu Tikus/Bebek (Baramundi Cod) 3 meter 2,5%  dan 10 meter 1 %, Kerapu (Grouper) 3 meter 7,75% dan 10 meter 1,5%, Napoleon (Humhead Wrasse) 3 meter 2,5% dan 10 meter tdak di temukan 0 %, Kakatua Jambul (Bumphead) 3 meter 3,75% dan 10 meter tidak di temukan 0%, Kakatua (Parrotfish) 3 meter 11,25% dan 10 meter 9,25% dan Belut Morai (Moray eel) 3 meter 4,75% dan 10 meter 3,5%. Kehadiran ikan-ikan ini baik melimpah atau berkurang yang mempengaruhi perairan secara global, sebagai indikator  tinggi atau tidaknya 3 aspek yaitu penangkapan berlebihan, penangkapan yang merusak dan polusi/sedimentasi.


Grafik 4.3. Hasil perhitungan data Reef Check  Invertebrata Pusentasi KabupatenDonggala.

Perairan Pusentasi tergolong sedang persentasi tutupan karang hidup (Living Reef) di dapatkan di karenakan persentase Invertebrata sebagai indikator tergolong dalam kategori yang seedang sehingga mempengaruhi cepat pertumbuhan atau membunuh pertumbuhan polip pada karang, hal ini dengan di temukan persentasi sebagai berikut Banded coral shrimp (Stenopus hispidus) 7% dan 9%, Bulu Babi- Diadema (Diadema sp. dan Echinothrix spp.) 9% dan 22%, Bulu Babi Pensil (Heterocentrotus mammilatus) 0,75% dan 0%, Teripang yang dapat dikonsumsi (Thelenota ananas, Stichopus chloronotus dan, Holothuria edulis) 8,25% dan 9,75%, Bulu seribu (Acanthaster planci) 5,75% dan 4,5%, Kima (Tridacna sp.) 13,75% dan 12,5%, Triton (trumpet) (Charonia tritonis) 7,75% dan 18,5%, Lobster (Panulirus sp. dan Scyllaridae) 11,5% dan 10,5% dan Tripneustes atau collector urchin (Tripneustes sp.) 6,75% dan 6%. Persentasi diatas untuk Invertebrata tergolong sangat rendah sehingga tidak besar pengaruh yang di timbulkan oleh hewan-hewan invertebrata sebagai indikator kerusakan karang di perairan Pusentasi.

Grafik 4.4. Hasil perhitungan data Reef Check  penyebab kerusakan karang Pusentasi Kabupaten Donggala.

Perairan Pusentasi kerusakan di akibatkan oleh beberapa aktifitas manusia di antaranya yaitu kerusakan di akibatkan oleh Perahu (Boat) pada kedalaman 3 meter 6% dan kedalaman 10 meter 5,75%, Boom (Dynamite) kedalaman 3 meter 10,5% dan kedalaman 10 meter 6%, alat tangkap jaring (Nets) kedalaman 3 meter 7% dan kedalaman 10 meter 2%, jangkar kapal/Perahu (General) kedalaman 3 meter5,5%, kedalaman 10 meter 4,25% dan kerusakan yang di akibatkan oleh arus, gelombang dan pijahan oleh manusia dan lainnya (Other) pada kedalaman 3 meter 4,5% dan kedalaman 10 meter 5%. Kerusakan yang di akibatkan oleh manusia dan alam ini sangat berdampak bagi laju pertumbuhan polip karang yang ada di perairan Pusentasi.
Grafik 4.5. Hasil perhitungan data Reef Check  Tingkat kerusakan dan kesehatan karang di perairan Pusentasi Kabupaten Donggala.

Perairan Pusentasi dari hasil monitoring terumbu karang (Reef Check) dengan menggunakan metode Line Intracep Transec (LIT) untuk tingkat kesehatan terumbu karang baik dari pemutihan (Bleaching) secara koloni ataupun secara populasi keseluruhan dari 2 kedalaman yang berbeda yaitu pemutihan (Bleaching) koloni pada kedalaman 3 meter 59,37% dan tidak terjadi pemutihan (Non Bleaching) 40,62% sedangkan pemutihan yang terjadi secara populasi keseluruhan pada 2 kedalaman yang berbeda yaitu pada kedalaman 3 meter pemutihan keseluruhan (Bleaching) 56,56%, yang tidak terkena pemutuhan (Non Bleaching) 43,43% dan pada kedalaman 10 meter terjadi pemutihan secara populasi yaitu pemutihan (Bleaching) 52,5% sedangkan yang tidak terkena pemutihan (Non Bleaching) 47,5%, dari hasil ini bahwa pengaruh suhu yang di akibatkan oleh pemanasan Global (Global Warming) tergolong sangat sedang yang hampir mencapai kategori tinggi, pada kesehatan karang juga dapat di lihat yang terdapat di perairan pusentasi pada 2 kedalaman yaitu pada kedalaman 3 meter di temukan perairan Pusentasi dengan tingkat karang yang tidak sehat (Diseashead Coral) 56,56%, karang sehat (Healthy Coral) 43,43% sedangkan pada kedalaman 10 meter untuk tingkat kesehatan karang yaitu tingkat karang yang tidak sehat (Diseashead Coral) 46,87%, karang sehat (Healthy Coral) 53,12%, hal ini di pengaruhi oleh tingkat penyinaran cahaya matahari yang di di dapatkan oleh karang yang berbeda pada 2 kedalaman.
4.1.4        Deskripsi Hasil  Penelitian Substrat Perairan Pusentasi
Perairan Pusentasi pada hasil penelitian ini di temukan dari substrat, invertebrata, ikan dan kerusakan terumbu karang seperti apa yang tercantum pada tabel di atas yaitu memiliki perbedaan antara 2 kedalaman berbeda di antaranya kedalaman 3 meter kategori dangkal dan kedalaman 10 meter kategori menengah. Pada kedalaman 3 meter dimana panjang perairan pusat laut terbentang sepanjang 600 meter,dapat dijadikan sampel area yaitu 400 meter dengan 4 kali di gelar transek sepanjang 100 meter maka di dapatkan presentase dari substrat lebih rendah dari pada kedalaman 10 meter, ini juga dapat disimpulkan karena persentase dari Hard Coral (HC) yang tinggi pada kedalaman 10 yaitu mencapai 27,78125 dan Hard Coral (HC) pada kedalaman 3 meter yaitu 18,59375 ketika mengacu pada standart presentasi luas tutupan terumbu karang maka di dapatkan persentasinya pada kategori sedang di perairan Pusentasi.
Pada kedalaman 3 meter dan 10 meter di dapatkan untuk jenis invertebrata sebagai indikator yaitu memiliki persentase yang berbeda dari tiap jenisnya, seperti pada kedalaman 3 meter yang mendomonasi yaitu Tridacna Sp dengan nilai 13,75%  dan Lobster dengan nilai 11,5%, sedangkan pada kedalaman 10 yang mendominasi yaitu Diadema Sp dengan nilai 22% dan Triton dengan nilai 18,5%, yang dapat memakan polip karang yang dapat mengakibatkan karang mati atau mengalami perlambatan dalam pengambilan nutrisi makanan yang di lakukan oleh tentakel-tentakel pada polip karang.Asnawi.Kaimudin BCC Akt III Universitas Tadulako Palu